Dalam perjalanan kereta api Parahyangan dari Gambir ke Bandung, duduk berhadapan empat penumpang, yaitu seorang nenek, mahasiswi cantik, mahasiswa laki-laki, dan seorang tentara. Mereka tidak saling mengenal.
Perjalanan berlangsung nyaman-nyaman saja. Namun ketika kereta masuk ke terowongan, lampu kereta mendadak mati. Gelap gulita.
Tiba-tiba terdengar suara kecupan keras. Cap, cip, cup! Namun segera diikuti satu suara tamparan yang tidak kalah kerasnya. Plak, plek, plak!
Ketika terowongan itu akhirnya terlewati, keempat penumpang itu saling bengong dan saling memandang. Masing-masing berkata di dalam hati.
Sang nenek dalam hati, “Dasar anak mahasiswa muda, mentang-mentang tempat gelap langsung aja cium mahasiswi cantik itu. Rasain loe kena gaplok!”
Si Mahasiswi cantik dalam hatinya: “Biar rasa loe! Gelap-gelap asal cium, kena deh loe cium nenek itu, dan kena gaplokan juga lagi. Hihihi…!”
Si tentara dalam hati, “Busyet, dah. Enak bener tuh mahasiswa. Dia yang nyium cewek, eh gua yang kena gaplok… !”
Si mahasiswa laki itu berkata dalam hati, “Hehehe… mumpung gelap, tadi gua cium aja tangan gua sendiri, dan gua gaplok sekalian itu tentara belagu. Kapan lagi mahasiswa bisa gampar tentara?!”